Selasa, 27 Mei 2014

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBAHAN DASAR LIMBAH ORGANIK



SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBAHAN DASAR
LIMBAH ORGANIK


1.    Pendahuluan

Aerogel adalah material padat yang memiliki massa jenis rendah yang berasal dari gel yang komponen cair dari gel tersebut telah berubah menjadi gas. Aerogel mengandung 99,8% udara dan aerogel lebih ringan daripada udara. Aerogel memiliki banyak julukan, seperti asap beku (Frozen Smoke), asap padat (Solid Smoke) atau asap biru (Blue Smoke) karena sifat tembus dan mencerai-beraikan cahaya, namun, ketika disentuh rasanya seperti polystyrene (Styrofoam). Aerogel memiliki kepadatan terendah dan luas permukaan internal tertinggi dari setiap material padat yang ada, sehingga aerogel menjadi material yang memiliki kinerja yang sangat tinggi untuk tumbukan, isolasi redaman, akustik dan termal, struktur pendukung dan kimia permukaan. Material ini pertama kali ditemukan pada tahun 1930 oleh Samuel Stephens Kistler, tapi sangat rapuh dan tidak bisa dibentuk. Aerogel secara tradisional mahal dan sulit untuk memproduksinya. Namun saat ini sudah banyak penelitian yang berhasil mensintesis aerogel yang lebih fleksibel sehingga tidak mudah pecah.
Aerogel banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti bahan tahan api (Oven, panggangan, tungku pembakaran), bahan isolasi (panas atau dingin) seperti pada mobil (pipa udara masuk, mesin, knalpot, manifold), pakaian, pada rumah seperti tungku pembakaran, panggangan, dapur, oven, panci dan wajan, pendingin dan kulkas, pipa saluran udara, dinding, jendela
Salah satu jenis aerogel yang banyak dipelajari adalah silika aerogel berbahan silika gel. Silika aerogel merupakan bahan keramik yang sangat porous dan secara kimia bersifat inert. Silika aerogel biasanya merupakan produk dari proses sol-gel, yang tahap akhirnya melibatkan penghilangan pelarut yang mengisi pori, biasanya dengan pengeringan menggunakan karbondioksida superkritis. Densitas silika aerogel sangat rendah, bisa mencapai 0,002 g/cm3. Aerogel telah dipertimbangkan untuk isolasi panas, penyangga katalis, atau sebagai penyangga untuk berbagai macam bahan fungsional untuk aplikasi kimia, elektronik dan optik. Akan tetapi aplikasi praktis berjalan sangat lambat karena aerogel rapuh dan higroskopis, menyerap air dari udara yang mengarah kepada keruntuhan karena gaya-gaya kapiler yang berkembang dalam pori. Silika aerogel disintesis dengan menggunakan metode sol-gel, yang melibatkan sistem “sol” cair menjadi fase padat “gel”. Proses sol-gel biasanya dibagi menjadi langkah-langkah berikut : membentuk larutan, proses gelasi, proses penuaan (aging), pengeringan, dan densifikasi.
Silika gel yang merupakan bahan pembuatan silika aerogel dapat dibuat dari larutan caustic silicate misalnya larutan sodium silikat dengan penambahan asam misalnya hidrochloric acid (HCl). Sodium silikat yang biasa digunakan dalam pembuatan silika gel dapat dibeli secara komersial dan hal itu membutuhkan biaya yang banyak maka dari itu perlu dikembangkan bahan baku alternatif yang bisa digunakan sebagai sumber silika, salah satunya yaitu penggunaan limbah organik seperti abu baggase (abu ampas tebu) dan lumpur lapindo.

2.    Hasil dan Pembahasan

Abu bagasse merupakan hasil pembakaran bagasse di boiler (ketel). Dari hasil analisa XRF terhadap abu bagasse dan lumpur lapindo diketahui bahwa dalam abu bagasse dan lumpur lapindo memiliki kandungan mineral silika yang banyak sekitar  55,5% dan 53,08%. Karena kandungan silika yang besar tersebut maka abu bagasse dan  lumpur lapindo berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih dengan memanfaatkan limbah padat yang yang tidak terpakai.
Silika gel dapat dibuat dari larutan caustic silicate misalnya larutan sodium silikat dengan penambahan asam misalnya hidrochloric acid (HCl). Sodium silikat adalah sumber silika yang paling murah meskipun sumber alami dapat juga dipakai. Secara komersial sodium silikat dapat dibuat dengan cara menggabungkan soda ash dengan pasir silika dalam furnace pada suhu 1300°C – 1500°C. Tetapi pembuatan sodium silikat ini membutuhkan energi yang tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu metode yang sederhana dan tidak membutuhkan energi yang besar untuk menghasilkan sodium silikat yang merupakan bahan baku pembuatan silika gel (Affandi. dkk, 2009).
Proses sintesis silika aerogel ini menggunakan teknik ambient pressure drying (APD) sehingga tidak membutuhkan tekanan dan suhu yang tinggi.Teknik APD harus didahului dengan proses modifikasi pada permukaan silika aerogel menggunakan surface modifying agent sehingga silika aerogel bersifat hidrofobik dan reaksi kondensasi tidak terjadi selama proses pengeringan. Salah satu contoh surface modifying agent yaitu trimethylchlorosilane (TMCS) dan hexamethyldisilazane (HMDS). Semakin besar kadar TMCS yang digunakan maka akan meningkatkan surface area dan hidrofobisitas silika aerogel.
a.    Sintesis silika aerogel dari abu baggase
Sebelum mensintesis silika aerogel dari abu baggase, terlebih dahulu membuat larutan asam silicic yaitu  abu bagasse sebanyak 10 gram diekstraksi dengan menggunakan larutan 60 ml NaOH 2N pada suhu didihnya selama 1 jam. Kemudian campuran didinginkan pada suhu ruang dan disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Hasil penyaringan ini menghasilkan residu yang kemudian dibuang dan filtrat berupa natrium silikat (Na2O.SiO2). Filtrat yang berupa larutan sodium silikat dicampur dengan resin penukar ion H+ untuk mempertukarkan ion Na+ dengan ion H+ sehingga diperoleh larutan asam silicic dengan pH 2. Pada saat pencampuran, dilakukan pengadukan kuat dan konstan agar tidak terjadi gelling.
Selanjutnya, setelah larutan asam silicic yang terbentuk memiliki pH 2 ditambahkan surface modifying agent yaitu trimethylclorosilane (TMCS) dan hexamethyldisilazane (HMDS) pada berbagai volume dengan interval penambahan antara TMCS dan HMDS yaitu 15 menit dan 30 menit. Sol silika yang sudah jadi kemudian ditambahkan ke dalam n-hexane (300 mL dalam 1 L volume beaker) tetes demi tetes, dengan putaran konstan berkecepatan 400 rpm. Pyridine sebanyak 2 mL ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan tersebut, hingga terbentuk gelation. Hidrogel yang terbentuk kemudian di-aging pada suhu 40°C selama 18 jam untuk penguatan jaringan dan dikeringkan pada tekanan ambient pada suhu 65°C selama 1 jam. Pengeringan lebih lanjut dilakukan pada suhu 100°C selama 1 jam untuk mendapatkan silika aerogel kering.
b.   Sintesis silika aerogel dari lumpur lapindo
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam mensintesis silika aerogel dari lumpur lapindo di antaranya:
Prosedur preparasi sampel
Sampel lumpur Lapindo dikeringkan dalam oven dengan temperatur 110°C selama 24 jam kemudian ditumbuk dan dikalsinasi di dalam tanur pada suhu 900°C selama satu jam.Selanjutnya sampel ditumbuk di dalam mortar. Hasil tumbukan diayak menggunakan ayakanberukuran 100 mesh sehingga diperoleh sampel terkalsinasi berupa lumpur halus.
Proses ekstraksi silika
Sebanyak 10 gram lumpur halus dimasukkan kedalam gelas kimia 250 mL kemudian ditambahkan 100 mL larutan NaOH 3 M. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada temperatur 98ºC selama satu jam sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Setelah itu filtrat dipisahkan dari endapan dengan menyaring campuran menggunakan kertas saring Whatman no. 42. Filtrat hasil penyaringan kemudian ditambah dengan HCl 1 M secara perlahan-lahan hingga pH 4 dan terbentuk endapan putih. Selanjutnya endapan dipisahkan dari larutannya melalui proses penyaringan dengan kertas saring. Endapan yang diperoleh pada kertas saring tersebut dicuci dengan 300 mL aquades sehingga akhirnya diperoleh hidrogel silika.
Pembuatan gel silika
Hidrogel silika selanjutnya dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan ditambahkan 25 mL aquades, lalu diaduk dengan pengaduk stirrer hingga larutan homogen. Kemudian dimasukkan dalam 3 tabung syringe yang ujungnya telah dipotong sebanyak masing-masing 8 mL. Selanjutnya larutan dioven pada suhu 80ºC hingga volume gel 5 mL lalu didiamkan selama tiga hari hingga didapat gel silika yang padat. Gel silika kemudian ditimbang dan dihitung besarnya densitas.
Pembuatan aerogel silika
Gel silika yang didapat dicuci dengan metanol selama 24 jam pada temperatur 50ºC sehingga dihasilkan alkogel. Alkogel tersebut kemudian dimasukkan dalam larutan campuran metanol, TMCS, dan heksana yang masing-masing sebanyak 4 mL selama 24 jam pada temperatur 50ºC. Larutan TMCS yang ditambahkan bervariasi yaitu 2, 4, dan 8 mL. Kemudian gel silika dikeluarkan. Gel yang didapat selanjutnya dikeringkan pada temperatur ruang selama 24 jam. Kemudian dipanaskan dengan temperatur 50ºC selama dua jam dan 120ºC selama satu jam pada tekanan ruang untuk mendapatkan aerogel silika.
c.    Karakteristik Silika Aerogel yang dihasilkan
Dalam hal ini digunakan HMDS (hexamethyldisilazane) dan TMCS (trimethylchlorosilane) sebagai agen pemodifikasi. Bentuk fisik dari silika aerogel yang disintesis dari abu bagasse dan lumpur lapindo dengan metode co-precursor dipengaruhi oleh berbagai rasio volume modifiying agent yang dipakai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penambahan jumlah TMCS dan HMDS cenderung menyebabkan silika aerogel yang dihasilkan berbentuk serbuk.
Pengukuran hidrofobisitas aerogel dilakukan melalui pengukuran sudut kontak (θ) satu tetes air yang diletakkan di atas permukaan aerogel. Sifat hidrofobik dari silika aerogel dapat ditingkatkan dengan penambahan silylating agent, misalnya TMCS dan HMDS selama proses sol-gel (Dorcheh dkk., 2008). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa makin besar kadar TMCS dan HMDS yang di tambahkan, makin besar sudut kontaknya. Tingkat hidrofobisitas diindikasikan dengan besarnya sudut kontak sehingga makin besar kadar TMCS makin hidrofob silika yang dihasilkan dan semakin besar interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS hampir tidak mempengaruhi tingkat hidrofobisitasnya.
Melalui analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopic yang hasilnya perpindahan gugus –Si(CH3)3 ke jaringan tersebut dikonfirmasi oleh semakin tajamnya puncak gugus Si– CH3 yang muncul seiring bertambahnya kadar TMCS dan HMDS, yaitu pada daerah 794,7 dan 1334,78 cm-1 untuk silika aerogel dari abu baggase, sedangkan untuk silika aerogel dari lumpur lapindo menunjukkan bilangan gelombang 848,62; 1379,01; dan 2962,46 cm-1.
Penambahan HMDS dan TMCS sebagai pemodifikasi permukaan dengan interval waktu penambahan yang besar mampu meningkatkan luas permukaan partikel. Selama proses modifikasi permukaan, interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS yang besar menyebabkan semakin banyak gugus (─CH3) yang bisa menggantikan H pada gugus (─OH). Pada silika aerogel dari abu baggase, interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS dengan waktu yang lama menghasilkan luas permukaan yang lebih besar dengan perbandingan TMCS : HMDS = 0,04 : 0,06 menghasilkan luas permukaan sebesar 1153,501 m2/g dengan morfologi berbentuk serbuk kasar. Karakteristik volume pori silika aerogel yang dihasilkan semakin bertambah hingga menjadi 15,27 %. Volume pori terbesar diperoleh oleh silika aerogel dengan rasio volume SA : TMCS : HMDS = 1 : 0,04 : 0,06, yaitu sebesar 1,119 cm3/g. Sedangkan untuk diameter pori adalah 10,43 nm. Berdasarkan tipe pori yang didefinisikan oleh IUPAC, maka dapat disimpulkan bahwa partikel silika aerogel yang dihasilkan dalam penelitian ini termasuk mesopori.
Silika aerogel dari lumpur lapindo, semakin banyak TMCS yang ditambahkan maka tingkat hidrofobitas semakin besar. Aerogel silika tidak larut dalam HCl, NaOH, heksana, dan metanol tetapi larut dalam TMCS. Dan rasio mol H2SiO3 : TMCS yang menghasilkan sifat hidrofobitas pada aerogel adalah 1:0,82 dan 1:1,65. Volume penambahan TMCS terhadap gel silika dengan densitas 0,981 yang menghasilkan morfologi dan hidrofobitas terbaik adalah sebesar 4 mL.

3.    Keunggulan

Pada penelitian terdapat beberapa keunggulan seperti :
a.    Penggunaan abu baggase dan lumpur lapindo sebagai bahan baku pembuatan silika gel yang ekonomis sekaligus memanfaatkan limbah.
b.    Penggunaan metode sol-gel juga memiliki beberapa keunggulan, yakni kemurnian produk tinggi dan suhu sintesis rendah.
c.    Penggunaan prekursor hidrofilik natrium silikat (Na2SiO3) lebih tidak berbahaya, efektif dan ekonomis dibandingkan TEOS dan TMOS. Garam natrium yang merupakan produk samping dari prekursor hidrofilik ini dapat dihilangkan melalui resin penukar ion.
d.   Penggunaan teknik pengeringan yang lebih sederhana, aman dan hemat biaya, yakni melalui teknik ambient pressure dying/APD yang didahului proses pertukaran pelarut. Proses pertukaran pelarut melibatkan modifikasi permukaan gel melalui hidrofobisiasi permukaan gel menggunakan agen sililasi TMCS (trimetilklorosilan). Melalui penambahan TMCS akan lebih mudah terbentuk aerogel yang bersifat hidrofobik karena adanya gugus besar trimetilsilane pada permukaan aerogel silika. Hal tersebut menyebabkan aerogel bersifat non polar dan tak dapat bereaksi dengan air. Sifat hidrofobisitas aerogel yang tinggi dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan, termasuk dalam pembuatan nanomaterial pelapis kain anti air.

4.    Kelemahan

Silika gel yang diperoleh dari abu baggase dengan prosedur yang dikembangkan masih memiliki kemurnian yang relatif rendah, sekitar 95%. Zat pengotor yang terdapat didalam silika gel terutama berupa mineral-mineral yang dari awal telah terkandung dalam abu baggase. Untuk selanjutnya perlu dipikirkan cara yang efektif untuk mengurangi kadar zat pengotor tersebut karena keberadaannya dapat mengganggu kinerja silika gel, misalnya bila digunakan sebagai adsorbant. Penambahan TMCS yang ditambahkan maka aerogel silika dari lumpur lapindo cenderung rapuh karena pori yang terisi udara semakin banyak.

5.    Daftar Pustaka

Affandi, S., Setyawan, H., Winardi, S., Purwanto, A., Balgis, R. (2009). A Facile Method for Production of High Purity Silica Xerogel from Bagasse Ash, Advanced Powder Technology : 468-472
Akhinov, A.F, Puspaning, D. (2010). Sintesis Silika Aerogel Berbasis Abu Bagasse dengan Pengeringan pada Tekanan Ambient, Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010. Jurusan Teknik Kimia, Undip : Semarang.
Nazriati. (2011). Sintesis Silika Aerogel Dengan Bahan Abu Bagasse. Reaktor, Vol. 13 No. 4, Desember 2011 : Hal. 220-224.
Patel, Rakesh P., Purohit, Nirav S., Suthar, Ajay M. (2009). An Overview of Silica Aerogels. International Journal of ChemTech Research. Vol. 1, No. 4 : Hal. 1052-1057.
Zaemi, H, Tjahjanto, R.T, Darjito. (2013). Sintesis Aerogel Silika Dari Lumpur Lapindo Dengan Penambahan Trimetilklorosilan (TMCS). Kimia Student journal, Vol. 1, No. 2 : Hal. 208-214.


Kamis, 21 Maret 2013

Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model-model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, dan (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991: 61-65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah:
Kesatu, The Fragmented Model (model fragmen) Yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Keuntungan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
Kedua, The Connected Model (Model Terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
Keuntungan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
Ketiga, The Nested Model ( Model Tersarang) yaitu model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kekrangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
Keempat, The Sequenced Model (Model Terurut) yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan. Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
Kelima, The Shared Model (Model Terbagi) yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
Keenam, The Webbed Model (Model Jaring Laba-laba) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.
Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kelemahan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
Ketujuh, The Threaded Model (Model Pasang Benang) yaitu model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan dan sebagainya.
Keuntungan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
Kedelapan, The Integrated Model ( Model Integrasi) yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadumengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
Keuntungan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Sedangkan kelemahannya yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
Kesembilan, The Immersed Model ( Model Terbenam) yaitu model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini merupakan satu dari model yang memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
Kesepuluh, The Networked Model ( Model Jaringan) yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

Kamis, 28 Februari 2013

Maaf ku untuk semua !!



Allah kau ciptakan mata ini untuk menangis....Mata ini yang selalu berbuat dosa...
mata yang selalu melihat sesuatu yang seharus nya tidak ku lihat....
Ya Raab...ku yakin dosa yang kulakukan sebesar buih dilautan ku yakin ampunan-MU itu seluas jagat Raya
Ya Raab...Ku harap rengkuh ampunan Mu... ku yakin setitik ampunan yang kau beri untuk ku akan menghapus seluruh dosa...

1 menit berlalu tanpa sadar ku habiskan waktu tanpa meningat MU
5 menit berlalu tanpa sadar ku habiskan waktu tanpa beribadah kepada Mu
10 menit berlalu tanpa sadar ku habiskan waktu tanpa bermakna untuk orang lain
15 menit berlalu tanpa kusadar ku habiskan waktu hanya untuk berbuat maksiat..

Setiap kata...perbuatan...tingkah laku....mimik wajah yang terkadang tidak mengenakan untuk saudara-saudara ku..
Setiap janji..yang terkadang tidak pernah aku tepati...kini telah aku lakukan
Ya Raab jika ampunan mu itu ada pada saudara-saudara ku...ijinkan aku untuk meminta maaf kedapa mereka
sebelum nafas yang ada pada....terhenti
Sebelum jantung terus berpacu memompa darah....terhenti
sebelum denyut nadi berdenyut...terhenti....

Jika apa yang ku lakukan ini salah...ku mohon Kau menugur ku...Ya Rabb
Jika apa yang ku lakukan ini belum tepat...Ampuni ku Ya Rabb..
Sungguh apa yang ku lakukan ini karena ingin mereka dapat mencintai MU sepenuhnya...
Sungguh Allah lah yang Maha membolak balik kan hati seorang hamba....

Jika Shaleh...jangan bangga dengan keshalehannya...karena Allah yang menjadikan seperti itu..
JIka Kaya....jangan sombong karena Allah yang Maha kaya...Allah lah yang memberikan amanah itu..
Jika pintar...jangan bangga karena Allah yang memberikan kepintaran itu terhadap Mu...
Jika....Jika...Jika....Semua adalah pemberian Allah...
Aku..kamu...Semua adalah lemah tidak berdaya dihadapan-NYA....

Teruntuk sahabat...teman...saudara...ku Maaf kan aku...
Sungguh aku ingin selalu menjalin silaturrahmi kepada semua...

Sukron...^_^ semoga bermanfaat Salam ukhuwah selalu
Semangat Ukhuwah 201
3