Selasa, 27 Mei 2014

SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBAHAN DASAR LIMBAH ORGANIK



SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBAHAN DASAR
LIMBAH ORGANIK


1.    Pendahuluan

Aerogel adalah material padat yang memiliki massa jenis rendah yang berasal dari gel yang komponen cair dari gel tersebut telah berubah menjadi gas. Aerogel mengandung 99,8% udara dan aerogel lebih ringan daripada udara. Aerogel memiliki banyak julukan, seperti asap beku (Frozen Smoke), asap padat (Solid Smoke) atau asap biru (Blue Smoke) karena sifat tembus dan mencerai-beraikan cahaya, namun, ketika disentuh rasanya seperti polystyrene (Styrofoam). Aerogel memiliki kepadatan terendah dan luas permukaan internal tertinggi dari setiap material padat yang ada, sehingga aerogel menjadi material yang memiliki kinerja yang sangat tinggi untuk tumbukan, isolasi redaman, akustik dan termal, struktur pendukung dan kimia permukaan. Material ini pertama kali ditemukan pada tahun 1930 oleh Samuel Stephens Kistler, tapi sangat rapuh dan tidak bisa dibentuk. Aerogel secara tradisional mahal dan sulit untuk memproduksinya. Namun saat ini sudah banyak penelitian yang berhasil mensintesis aerogel yang lebih fleksibel sehingga tidak mudah pecah.
Aerogel banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti bahan tahan api (Oven, panggangan, tungku pembakaran), bahan isolasi (panas atau dingin) seperti pada mobil (pipa udara masuk, mesin, knalpot, manifold), pakaian, pada rumah seperti tungku pembakaran, panggangan, dapur, oven, panci dan wajan, pendingin dan kulkas, pipa saluran udara, dinding, jendela
Salah satu jenis aerogel yang banyak dipelajari adalah silika aerogel berbahan silika gel. Silika aerogel merupakan bahan keramik yang sangat porous dan secara kimia bersifat inert. Silika aerogel biasanya merupakan produk dari proses sol-gel, yang tahap akhirnya melibatkan penghilangan pelarut yang mengisi pori, biasanya dengan pengeringan menggunakan karbondioksida superkritis. Densitas silika aerogel sangat rendah, bisa mencapai 0,002 g/cm3. Aerogel telah dipertimbangkan untuk isolasi panas, penyangga katalis, atau sebagai penyangga untuk berbagai macam bahan fungsional untuk aplikasi kimia, elektronik dan optik. Akan tetapi aplikasi praktis berjalan sangat lambat karena aerogel rapuh dan higroskopis, menyerap air dari udara yang mengarah kepada keruntuhan karena gaya-gaya kapiler yang berkembang dalam pori. Silika aerogel disintesis dengan menggunakan metode sol-gel, yang melibatkan sistem “sol” cair menjadi fase padat “gel”. Proses sol-gel biasanya dibagi menjadi langkah-langkah berikut : membentuk larutan, proses gelasi, proses penuaan (aging), pengeringan, dan densifikasi.
Silika gel yang merupakan bahan pembuatan silika aerogel dapat dibuat dari larutan caustic silicate misalnya larutan sodium silikat dengan penambahan asam misalnya hidrochloric acid (HCl). Sodium silikat yang biasa digunakan dalam pembuatan silika gel dapat dibeli secara komersial dan hal itu membutuhkan biaya yang banyak maka dari itu perlu dikembangkan bahan baku alternatif yang bisa digunakan sebagai sumber silika, salah satunya yaitu penggunaan limbah organik seperti abu baggase (abu ampas tebu) dan lumpur lapindo.

2.    Hasil dan Pembahasan

Abu bagasse merupakan hasil pembakaran bagasse di boiler (ketel). Dari hasil analisa XRF terhadap abu bagasse dan lumpur lapindo diketahui bahwa dalam abu bagasse dan lumpur lapindo memiliki kandungan mineral silika yang banyak sekitar  55,5% dan 53,08%. Karena kandungan silika yang besar tersebut maka abu bagasse dan  lumpur lapindo berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih dengan memanfaatkan limbah padat yang yang tidak terpakai.
Silika gel dapat dibuat dari larutan caustic silicate misalnya larutan sodium silikat dengan penambahan asam misalnya hidrochloric acid (HCl). Sodium silikat adalah sumber silika yang paling murah meskipun sumber alami dapat juga dipakai. Secara komersial sodium silikat dapat dibuat dengan cara menggabungkan soda ash dengan pasir silika dalam furnace pada suhu 1300°C – 1500°C. Tetapi pembuatan sodium silikat ini membutuhkan energi yang tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu metode yang sederhana dan tidak membutuhkan energi yang besar untuk menghasilkan sodium silikat yang merupakan bahan baku pembuatan silika gel (Affandi. dkk, 2009).
Proses sintesis silika aerogel ini menggunakan teknik ambient pressure drying (APD) sehingga tidak membutuhkan tekanan dan suhu yang tinggi.Teknik APD harus didahului dengan proses modifikasi pada permukaan silika aerogel menggunakan surface modifying agent sehingga silika aerogel bersifat hidrofobik dan reaksi kondensasi tidak terjadi selama proses pengeringan. Salah satu contoh surface modifying agent yaitu trimethylchlorosilane (TMCS) dan hexamethyldisilazane (HMDS). Semakin besar kadar TMCS yang digunakan maka akan meningkatkan surface area dan hidrofobisitas silika aerogel.
a.    Sintesis silika aerogel dari abu baggase
Sebelum mensintesis silika aerogel dari abu baggase, terlebih dahulu membuat larutan asam silicic yaitu  abu bagasse sebanyak 10 gram diekstraksi dengan menggunakan larutan 60 ml NaOH 2N pada suhu didihnya selama 1 jam. Kemudian campuran didinginkan pada suhu ruang dan disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Hasil penyaringan ini menghasilkan residu yang kemudian dibuang dan filtrat berupa natrium silikat (Na2O.SiO2). Filtrat yang berupa larutan sodium silikat dicampur dengan resin penukar ion H+ untuk mempertukarkan ion Na+ dengan ion H+ sehingga diperoleh larutan asam silicic dengan pH 2. Pada saat pencampuran, dilakukan pengadukan kuat dan konstan agar tidak terjadi gelling.
Selanjutnya, setelah larutan asam silicic yang terbentuk memiliki pH 2 ditambahkan surface modifying agent yaitu trimethylclorosilane (TMCS) dan hexamethyldisilazane (HMDS) pada berbagai volume dengan interval penambahan antara TMCS dan HMDS yaitu 15 menit dan 30 menit. Sol silika yang sudah jadi kemudian ditambahkan ke dalam n-hexane (300 mL dalam 1 L volume beaker) tetes demi tetes, dengan putaran konstan berkecepatan 400 rpm. Pyridine sebanyak 2 mL ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan tersebut, hingga terbentuk gelation. Hidrogel yang terbentuk kemudian di-aging pada suhu 40°C selama 18 jam untuk penguatan jaringan dan dikeringkan pada tekanan ambient pada suhu 65°C selama 1 jam. Pengeringan lebih lanjut dilakukan pada suhu 100°C selama 1 jam untuk mendapatkan silika aerogel kering.
b.   Sintesis silika aerogel dari lumpur lapindo
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam mensintesis silika aerogel dari lumpur lapindo di antaranya:
Prosedur preparasi sampel
Sampel lumpur Lapindo dikeringkan dalam oven dengan temperatur 110°C selama 24 jam kemudian ditumbuk dan dikalsinasi di dalam tanur pada suhu 900°C selama satu jam.Selanjutnya sampel ditumbuk di dalam mortar. Hasil tumbukan diayak menggunakan ayakanberukuran 100 mesh sehingga diperoleh sampel terkalsinasi berupa lumpur halus.
Proses ekstraksi silika
Sebanyak 10 gram lumpur halus dimasukkan kedalam gelas kimia 250 mL kemudian ditambahkan 100 mL larutan NaOH 3 M. Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada temperatur 98ºC selama satu jam sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Setelah itu filtrat dipisahkan dari endapan dengan menyaring campuran menggunakan kertas saring Whatman no. 42. Filtrat hasil penyaringan kemudian ditambah dengan HCl 1 M secara perlahan-lahan hingga pH 4 dan terbentuk endapan putih. Selanjutnya endapan dipisahkan dari larutannya melalui proses penyaringan dengan kertas saring. Endapan yang diperoleh pada kertas saring tersebut dicuci dengan 300 mL aquades sehingga akhirnya diperoleh hidrogel silika.
Pembuatan gel silika
Hidrogel silika selanjutnya dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan ditambahkan 25 mL aquades, lalu diaduk dengan pengaduk stirrer hingga larutan homogen. Kemudian dimasukkan dalam 3 tabung syringe yang ujungnya telah dipotong sebanyak masing-masing 8 mL. Selanjutnya larutan dioven pada suhu 80ºC hingga volume gel 5 mL lalu didiamkan selama tiga hari hingga didapat gel silika yang padat. Gel silika kemudian ditimbang dan dihitung besarnya densitas.
Pembuatan aerogel silika
Gel silika yang didapat dicuci dengan metanol selama 24 jam pada temperatur 50ºC sehingga dihasilkan alkogel. Alkogel tersebut kemudian dimasukkan dalam larutan campuran metanol, TMCS, dan heksana yang masing-masing sebanyak 4 mL selama 24 jam pada temperatur 50ºC. Larutan TMCS yang ditambahkan bervariasi yaitu 2, 4, dan 8 mL. Kemudian gel silika dikeluarkan. Gel yang didapat selanjutnya dikeringkan pada temperatur ruang selama 24 jam. Kemudian dipanaskan dengan temperatur 50ºC selama dua jam dan 120ºC selama satu jam pada tekanan ruang untuk mendapatkan aerogel silika.
c.    Karakteristik Silika Aerogel yang dihasilkan
Dalam hal ini digunakan HMDS (hexamethyldisilazane) dan TMCS (trimethylchlorosilane) sebagai agen pemodifikasi. Bentuk fisik dari silika aerogel yang disintesis dari abu bagasse dan lumpur lapindo dengan metode co-precursor dipengaruhi oleh berbagai rasio volume modifiying agent yang dipakai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penambahan jumlah TMCS dan HMDS cenderung menyebabkan silika aerogel yang dihasilkan berbentuk serbuk.
Pengukuran hidrofobisitas aerogel dilakukan melalui pengukuran sudut kontak (θ) satu tetes air yang diletakkan di atas permukaan aerogel. Sifat hidrofobik dari silika aerogel dapat ditingkatkan dengan penambahan silylating agent, misalnya TMCS dan HMDS selama proses sol-gel (Dorcheh dkk., 2008). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa makin besar kadar TMCS dan HMDS yang di tambahkan, makin besar sudut kontaknya. Tingkat hidrofobisitas diindikasikan dengan besarnya sudut kontak sehingga makin besar kadar TMCS makin hidrofob silika yang dihasilkan dan semakin besar interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS hampir tidak mempengaruhi tingkat hidrofobisitasnya.
Melalui analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopic yang hasilnya perpindahan gugus –Si(CH3)3 ke jaringan tersebut dikonfirmasi oleh semakin tajamnya puncak gugus Si– CH3 yang muncul seiring bertambahnya kadar TMCS dan HMDS, yaitu pada daerah 794,7 dan 1334,78 cm-1 untuk silika aerogel dari abu baggase, sedangkan untuk silika aerogel dari lumpur lapindo menunjukkan bilangan gelombang 848,62; 1379,01; dan 2962,46 cm-1.
Penambahan HMDS dan TMCS sebagai pemodifikasi permukaan dengan interval waktu penambahan yang besar mampu meningkatkan luas permukaan partikel. Selama proses modifikasi permukaan, interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS yang besar menyebabkan semakin banyak gugus (─CH3) yang bisa menggantikan H pada gugus (─OH). Pada silika aerogel dari abu baggase, interval waktu penambahan antara TMCS dan HMDS dengan waktu yang lama menghasilkan luas permukaan yang lebih besar dengan perbandingan TMCS : HMDS = 0,04 : 0,06 menghasilkan luas permukaan sebesar 1153,501 m2/g dengan morfologi berbentuk serbuk kasar. Karakteristik volume pori silika aerogel yang dihasilkan semakin bertambah hingga menjadi 15,27 %. Volume pori terbesar diperoleh oleh silika aerogel dengan rasio volume SA : TMCS : HMDS = 1 : 0,04 : 0,06, yaitu sebesar 1,119 cm3/g. Sedangkan untuk diameter pori adalah 10,43 nm. Berdasarkan tipe pori yang didefinisikan oleh IUPAC, maka dapat disimpulkan bahwa partikel silika aerogel yang dihasilkan dalam penelitian ini termasuk mesopori.
Silika aerogel dari lumpur lapindo, semakin banyak TMCS yang ditambahkan maka tingkat hidrofobitas semakin besar. Aerogel silika tidak larut dalam HCl, NaOH, heksana, dan metanol tetapi larut dalam TMCS. Dan rasio mol H2SiO3 : TMCS yang menghasilkan sifat hidrofobitas pada aerogel adalah 1:0,82 dan 1:1,65. Volume penambahan TMCS terhadap gel silika dengan densitas 0,981 yang menghasilkan morfologi dan hidrofobitas terbaik adalah sebesar 4 mL.

3.    Keunggulan

Pada penelitian terdapat beberapa keunggulan seperti :
a.    Penggunaan abu baggase dan lumpur lapindo sebagai bahan baku pembuatan silika gel yang ekonomis sekaligus memanfaatkan limbah.
b.    Penggunaan metode sol-gel juga memiliki beberapa keunggulan, yakni kemurnian produk tinggi dan suhu sintesis rendah.
c.    Penggunaan prekursor hidrofilik natrium silikat (Na2SiO3) lebih tidak berbahaya, efektif dan ekonomis dibandingkan TEOS dan TMOS. Garam natrium yang merupakan produk samping dari prekursor hidrofilik ini dapat dihilangkan melalui resin penukar ion.
d.   Penggunaan teknik pengeringan yang lebih sederhana, aman dan hemat biaya, yakni melalui teknik ambient pressure dying/APD yang didahului proses pertukaran pelarut. Proses pertukaran pelarut melibatkan modifikasi permukaan gel melalui hidrofobisiasi permukaan gel menggunakan agen sililasi TMCS (trimetilklorosilan). Melalui penambahan TMCS akan lebih mudah terbentuk aerogel yang bersifat hidrofobik karena adanya gugus besar trimetilsilane pada permukaan aerogel silika. Hal tersebut menyebabkan aerogel bersifat non polar dan tak dapat bereaksi dengan air. Sifat hidrofobisitas aerogel yang tinggi dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan, termasuk dalam pembuatan nanomaterial pelapis kain anti air.

4.    Kelemahan

Silika gel yang diperoleh dari abu baggase dengan prosedur yang dikembangkan masih memiliki kemurnian yang relatif rendah, sekitar 95%. Zat pengotor yang terdapat didalam silika gel terutama berupa mineral-mineral yang dari awal telah terkandung dalam abu baggase. Untuk selanjutnya perlu dipikirkan cara yang efektif untuk mengurangi kadar zat pengotor tersebut karena keberadaannya dapat mengganggu kinerja silika gel, misalnya bila digunakan sebagai adsorbant. Penambahan TMCS yang ditambahkan maka aerogel silika dari lumpur lapindo cenderung rapuh karena pori yang terisi udara semakin banyak.

5.    Daftar Pustaka

Affandi, S., Setyawan, H., Winardi, S., Purwanto, A., Balgis, R. (2009). A Facile Method for Production of High Purity Silica Xerogel from Bagasse Ash, Advanced Powder Technology : 468-472
Akhinov, A.F, Puspaning, D. (2010). Sintesis Silika Aerogel Berbasis Abu Bagasse dengan Pengeringan pada Tekanan Ambient, Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010. Jurusan Teknik Kimia, Undip : Semarang.
Nazriati. (2011). Sintesis Silika Aerogel Dengan Bahan Abu Bagasse. Reaktor, Vol. 13 No. 4, Desember 2011 : Hal. 220-224.
Patel, Rakesh P., Purohit, Nirav S., Suthar, Ajay M. (2009). An Overview of Silica Aerogels. International Journal of ChemTech Research. Vol. 1, No. 4 : Hal. 1052-1057.
Zaemi, H, Tjahjanto, R.T, Darjito. (2013). Sintesis Aerogel Silika Dari Lumpur Lapindo Dengan Penambahan Trimetilklorosilan (TMCS). Kimia Student journal, Vol. 1, No. 2 : Hal. 208-214.